Headline :
Home » , » Tolak Politik Uang (Money Politic)

Tolak Politik Uang (Money Politic)

Penulis : Unknown on Rabu, 09 April 2014 | 20.23

Buletin PIP Edisi 6

Oleh : Suardi (Dosen Sosiologi UNISMUH Makassar)

Pemilihan Umum yang diadakan sekali dalam lima tahun akan segera bergulir, tepatnya tanggal 9 april 2014. Momen ini merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia untuk memilih wakil mereka untuk  menyampaikan aspirasinya. Para calon wakil rakyat dari berbagai elemen masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi di parlemen, bukan hanya orang-orang yang berasal dari dunia politik yang mencalonkan   diri  menjadi  wakil rakyat, mereka ada yang berasal dari dunia pendidikan, dunia ekonomi, bahkan para artis yang kesehariannya menghibur masya-rakat di layar kaca seakan tak mau ketinggalan  untuk   menjadi  wakil rakyat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan menjadi wakil rakyat ini sangat menggiurkan.
Di Negara ini, bukan aib lagi bahwa jika ingin menjadi wakil rakyat, mereka akan melakukan apa saja termasuk di antaranya melakukan money politic atau politik uang, mereka mengajak masyarakat untuk memilih dirinya (si-calon) dengan menjanjikan sejumlah uang, bahkan yang paling miris banyak di antara mereka yang datang kepada para normal untuk mendapatkan cara meraib suara yang banyak.
Miris...!! Inilah yang terjadi di Negara kita, bahkan sebagian besar orang-orang mengatakan bahwa akan tidak masuk akal jika ingin menjadi wakil rakyat tanpa mengeluarkan uang banyak, bahkan telah di pasang target, jika ingin menang (unggul) dalam suatu desa/kelurahan maka seorang caleg harus mengeluarkan uang ratusan   juta    rupiah.   Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menolak uang yang diberikan oleh para calon seakan menjadi tantan-gan besar dalam memutus mata rantai praktek money politic ini. Pola pikir masyarakat sudah terbentuk bahwa akan sangat rugi jika kita tidak menerima uang yang diberikan karena toh nyatanya jika para calon sudah menduduki kursi jabatan tidak akan memperhatikan mereka lagi, padahal inilah awal dari kesemuanya itu (praktek money politic).

Secara logika, apabila kita menerima uang yang dibagikan, misalkan uang yang dibagikan ratusan juta pada saat pemilihan maka pada saat mereka sudah terpilih nanti, yang dipikirkan olehnya adalah bagaimana menge-mbalikan uang yang habis itu, inilah yang kurang disadari oleh masyarakat Indonesia saat ini. Dan sekedar info buat anda yang belum tahu, beberapa hari lalu Majelis Ulama Indonesi sudah mengeluar-kan fatwa bahwa politik uang adalah HARAM. Fatwa  ini  keluar tentu saja dengan melalui kajian mendalam oleh MUI. Dan tanpa kajian MUI pun kita semua sebenarnya tahu mengenai hal ini bahwa money politic merupakan pelanggaran yang sangat besar baik menurut Undang-Undang maupun menurut Al-Qur’an.
Ada tiga pendekatan dalam memilih seorang wakil rakyat dalam konteks sosiologi, pendeka-tan  itu  adalah  P e n d e k a t a n Psikologi Pendekatan Sosiologis, dan Pendekatan Rasional. Ketiga pendekatan ini sangat berpengaruh pada masyarakat dalam menentu-kan pilihannya ke depan.
1.   Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologi adalah pendekatan yang dilakukan untuk memilih seorang caleg berdasarkan hati. Hal ini banyak dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya memilih si calon karena merasa tidak enak dengannya, mungkin pernah mendapatkan imbalan berupa materi atau apa saja yang pernah diberikan oleh calon tersebut.
pernah diberikan oleh calon tersebut.
2.   Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang dilakukan karena berdasarkan lingkungan sosial, seperti memilih karena keluarga, memilih karena calon tersebut berasal dari daerah yang sama, atau pun berasal dari suku yang sama.

3.   Pendekatan Rasional.
Pendekatan rasional adalah pendekatan yang dilakukan untuk memilih seseorang (caleg) dengan mempertimbangkan kemampuan seorang calon yang memang betul-betul bisa memimpin ke depan.
Dari ketiga pendekatan di atas, pendekatan yang paling baik untuk memilih pemimpin bangsa ini ke depan adalah pendekatan Rasional, karena seseorang memilih calon karena melihat kemampuannya, bukan karena adanya imbalan yang diberikan atau karena faktor kekeluargaan atau berasal dari suku atau tempat yang sama.
Bagikan :

Posting Komentar

 
Company Info | Kontak | Google Plus | Twitter | Facebook | Email | Situs
Copyright © 2013. Ikatan Pelajar Muhammadiyah Bantaeng . All Rights Reserved.