Buletin PIP Edisi 6
Oleh : Suardi (Dosen Sosiologi UNISMUH Makassar)
Oleh : Suardi (Dosen Sosiologi UNISMUH Makassar)
Pemilihan Umum
yang diadakan sekali dalam lima tahun akan segera bergulir, tepatnya tanggal 9
april 2014. Momen ini merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh rakyat
Indonesia untuk memilih wakil mereka untuk
menyampaikan aspirasinya. Para calon wakil rakyat dari berbagai elemen
masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi di parlemen, bukan hanya
orang-orang yang berasal dari dunia politik yang mencalonkan diri menjadi
wakil rakyat, mereka ada yang berasal dari
dunia pendidikan, dunia ekonomi, bahkan para artis yang kesehariannya menghibur
masya-rakat di layar kaca seakan tak mau ketinggalan untuk
menjadi wakil rakyat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan menjadi wakil rakyat ini sangat
menggiurkan.
Di Negara
ini, bukan aib lagi bahwa jika ingin menjadi wakil rakyat, mereka akan
melakukan apa saja termasuk di antaranya melakukan money politic
atau politik uang, mereka mengajak masyarakat untuk memilih dirinya (si-calon)
dengan menjanjikan sejumlah uang, bahkan yang paling miris banyak di antara
mereka yang datang kepada para normal untuk mendapatkan cara meraib suara yang
banyak.
Miris...!!
Inilah yang terjadi di Negara kita, bahkan sebagian besar orang-orang
mengatakan bahwa akan tidak masuk akal jika ingin menjadi wakil rakyat tanpa
mengeluarkan uang banyak, bahkan telah di pasang target, jika ingin menang
(unggul) dalam suatu desa/kelurahan maka seorang caleg harus mengeluarkan uang
ratusan juta rupiah. Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk menolak uang yang diberikan oleh para calon seakan menjadi
tantan-gan besar dalam memutus
mata rantai praktek money politic ini. Pola pikir masyarakat sudah
terbentuk bahwa akan sangat rugi jika kita tidak menerima uang yang diberikan
karena toh nyatanya jika para calon sudah menduduki kursi jabatan tidak akan
memperhatikan mereka lagi, padahal inilah awal dari kesemuanya itu (praktek money politic).
Secara
logika, apabila kita menerima uang yang dibagikan, misalkan uang yang dibagikan
ratusan juta pada saat pemilihan maka pada saat mereka sudah terpilih nanti,
yang dipikirkan olehnya adalah bagaimana menge-mbalikan uang yang habis itu,
inilah yang kurang disadari oleh masyarakat Indonesia saat ini. Dan sekedar
info buat anda yang belum tahu, beberapa hari lalu Majelis Ulama Indonesi sudah
mengeluar-kan fatwa bahwa politik uang adalah HARAM. Fatwa ini keluar tentu
saja dengan melalui kajian mendalam oleh MUI. Dan tanpa kajian MUI pun kita
semua sebenarnya tahu mengenai hal ini bahwa money politic merupakan pelanggaran yang sangat besar baik menurut
Undang-Undang maupun menurut Al-Qur’an.
Ada
tiga pendekatan dalam memilih seorang wakil rakyat dalam konteks sosiologi,
pendeka-tan itu adalah P e n d e k a t a n Psikologi Pendekatan Sosiologis,
dan Pendekatan Rasional. Ketiga pendekatan ini sangat berpengaruh pada
masyarakat dalam menentu-kan pilihannya ke depan.
1.
Pendekatan Psikologi
Pendekatan
psikologi adalah pendekatan yang dilakukan untuk memilih seorang caleg
berdasarkan hati. Hal ini banyak dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya
memilih si calon karena merasa tidak enak dengannya, mungkin pernah mendapatkan
imbalan berupa materi atau apa saja yang pernah diberikan oleh calon tersebut.
pernah diberikan oleh calon
tersebut.
2.
Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis adalah
pendekatan yang dilakukan karena berdasarkan lingkungan sosial, seperti memilih
karena keluarga, memilih karena calon tersebut berasal dari daerah yang sama,
atau pun berasal dari suku yang sama.
3.
Pendekatan Rasional.
Pendekatan
rasional adalah pendekatan yang dilakukan untuk memilih seseorang (caleg)
dengan mempertimbangkan kemampuan seorang calon yang memang betul-betul bisa
memimpin ke depan.
Dari ketiga pendekatan di atas, pendekatan yang paling baik untuk
memilih pemimpin bangsa ini ke depan adalah pendekatan Rasional, karena
seseorang memilih calon karena melihat kemampuannya, bukan karena adanya
imbalan yang diberikan atau karena faktor kekeluargaan atau berasal dari suku
atau tempat yang sama.
Posting Komentar